Cerpen: Sebatas Patok Tenda (Panda Cover)


Oleh: Purnami savitri (@Panda_savitri) 

Semua ini adalah isi hatiku yang ingin aku sampaikan. Namun keadaan tidak mendukung aku untuk mengungkapkannya. Semua akan aku sampaikan lewat cerita yang aku buat ini.
Dihari pertamaku menginjakan kaki ku di Bumi Perkemahan, semua terasa begitu membosankan. Melihat begitu banyaknya peserta lomba dan kakak-kakak Pembina yang akan membina ku selama 4 hari, membuat aku merindukan suasana dalam keseharianku. Aku berfikir, hari pertama saja aku sudah merasa bosan dan begitu lelah, apalagi 3 hari kedepan. Apakah aku harus melewati hari-hariku di bumi perkemahan dengan suasana yang sama seperti dihari pertamaku ? Itu semua membuat aku menyerah. Tapi semua keluhanku memudar saat kakak pendamping dan peserta dari kontingen ku memberi semangat.
Baru satu hari saja ikatan persaudaraan itu mulai terlihat di kontingen ku, belum lagi dengan peserta dari kontingen lain.
Hujan deras dan angin kencang  mewarnai malam pertamaku disana. Suasana pada malam itu membuat aku takut. Aku takut jika tenda ku akan kebanjiran, selain itu aku juga takut jika hari esok aku akan jatuh sakit, tapi aku berusaha untuk menjaga kondisi ku di bumi perkemahan. Dan suasana seperti itu tidak pernah menghentikan aktivitas ku selama aku berkemah disana.
Senam pramuka yang mengawali hari kedua ku disana. Pagi-pagi sekali aku dan peserta lainnya berlari dan melakukan pemanasan. Awalnya sangat malas untuk aku beranjak dari tendaku yang kecil itu, tapi keadaan benar-benar memaksaku untuk terbangun dari tidurku yang lelap. Ragaku memang sedang berada di lapangan pagi itu, tapi nyawaku sepertinya masih berkeliaran di alam mimpi, aku sangat merasakan ngantuk yang berlebihan. Tapi semua nyawa ku terkumpul kembali di ragaku saat aku melihat kakak-kakak Pembina yang sangat bersemangat mengikuti olahraga pagi saat itu. Aku berfikir, mereka pasti merasakan hal yang lebih melelahkan daripada aku. Tetapi mereka tidak mau terlihat sangat lelah di depan peserta-peserta yang mereka bina. Semangat merekalah yang membuat peserta-peserta yang tadinya masih terlihat begitu lelah dan mengantuk, hingga menjadi terbangun dan sangat bersemangat. Ternyata itulah tujuan pramuka sebenarnya, aku berjanji tidak akan menyerah sebelum mencoba.

Setelah selesai berolahraga, kami hanya diberi waktu 30 menit untuk mandi, makan dan sembahyang. Hanya ada 4 kamar mandi putri, sedangkan anggota putri ada 88 orang, mau tidak mau kami harus berebutan untuk mandi, dan ada 4 orang dalam 1 kamar mandi, waow banget kan ? Setelah selesai mandi, kami harus bergegas untuk sarapan pagi sebelum waktu yang diberikan itu habis dan peluit berbunyi. Kamipun sarapan dengan nasi yang sedikit gosong, tapi mau apalagi ? Itu yang kami punya dan itulah yang kami makan. Setelah selelsai melakukan sarapan, dengan perut kenyang kami semua berlari ke monumen untuk melakukan persembahyangan. Waktu 30 menit yang diberikan sudah hampir habis, kamipun sembahyang dengan penuh kecepatan, tentuya dengan hati yang iklhas. Peluit mulai berbunyi, semua peserta berlari dari segala penjuru yang berbeda. Untungnya kontingenku tidak terlambat dan tidak harus mengambil jatah hukuman pada hari itu.
Saat berkumpul di wantilan, aku melihat kakak Pembina laki-laki yang sepertinya tidak asing bagiku. Namun aku masih bertanya-tanya pada diriku, siapa dia ? Mengapa mataku tidak mau berhenti untuk memandanginya ? Pikiran ku mulai kacau dan akupun tidak mampu untuk menebak perasaanku sendiri. Apakah aku sedang menyukainya, atau hanya sekedar mengaguminya ? Aku berharap semua perasaanku ini tidak berlebihan terhadapnya, karena sangat tidak mugkin untuk aku mengenalnya lebih jauh. Tapi semakin aku menatapnya, aku semakin yakin dengan perasaan ku. Aku mengaguminya dan aku berharap aku hanya sekedar mengaguminya, tidak lebih dari ini.
Seiring berjalannya waktu, teguran dan sapaannya semakin membuat aku tak sadar akan lelahnya aktivitas yang aku jalani dalam keseharian ku di bumi perkemahan. Aku tidak menyadari bahwa aku semakin bersemangat dalam menjalani rutinitas ku. Teman-temanku menyadarkan aku bahwa aku terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta. Aku tidak percaya dengan semua omong kosong itu, tapi ternyata mereka sangat melihat perubahan ku.
Pada malam harinya, aku bertanya pada Nila, teman setenda ku. Aku mengatakan semua perasaan yang sedang aku rasakan dan perasaan ini begitu membingungkan untuk ku. Dia mengatakan bahwa aku sedang jatuh cinta. Aku tidak mau itu terjadi di dalam diriku, karena aku tidak mau merasakan cinta sepihak untuk kedua kalinya. Tapi apa boleh buat ? Jika memang itu yang sedang terjadi pada diriku, aku tidak mungkin bisa memungkiri bahwa aku sedang jatuh cinta. Aku hanya bisa mengikuti jalannya takdir ku layaknya air mengalir, karena pertemuan singkat ini hanya selama patok tenda itu tertancap di tanah. Setelah patok tenda itu tercabut, kemungkinan untuk bertemu lagi kurang dari 0,1 %, jadi aku harus bisa untuk melupakan rasaku padanya dengan perlahan.
Keesokan paginya aku mempunyai niat untuk memasak. Walaupun gak terlalu bisa masak, setidaknya aku tau cara-cara memasak dengan benar. Aku harap masakan ku terasa enak…… Aku adalah orang yang sangat rutin menyapa kakak-kakak peserta atupun Pembina yang lewat di depan tendaku. Pagi itu terlihat Siska lewat dan aku mengatakan “selamat pagi kakak”, Siskapun membalas salam ku. Lalu disusul oleh Surya, dia mendahului untuk menyapaku “selamat pagi kakak”, lalu aku membalas salamnya dengan mengucapkan “selamat pagi”. Terdengar suara langkah kaki yang akan melintasi tendaku, dan tanpa melihat siapa dia akupun menyapanya terlebih dahulu “selamat pagi kakak”, dan aku sangat terkejut dan malu ketika tau bahwa kakak yang aku sapa itu adalah kakak Pembina laki-laki yang sering mengganggu mimpiku. Wajahku mulai memerah saat dia menjawab sapaan ku itu lalu mulai mendekatiku sambil mengulurkan tangannya dan berkata “Rian” dengan senyuman yang sangat manis dan tatapan yang sangat tajam. Dia menyebutkan namanya dan segera aku raih tangan yang lembut itu lalu mengatakan namaku “Panda”.
Deg. Jantungku serasa mau copot saat aku bersalaman. Apa yang sedang aku rasakan ini ? Aku hanya terdiam dan sedikit shock lalu berpikir bahwa ini hanyalah sebuah mimpi. Dia memulai percakapan kecil diantara kita “lagi masak apa ?” tanyanya. “masak sayur sama telur untuk sarapan temen-temen” jawabku. “loh, kenapa masak sendirian ? Temen-temen kakak pada kemana ?” dia bertanya dengan senyum tipis di wajahnya. “iya nih, lagi pingin masak sendiri aja. Kasian yang lain pada capek masakin saya terus, jadi giliran aja saya yang masakin mereka” aku menjawab dengan wajah yang semakin memerah. “Perlu saya bantu ?” dia bertanya dengan wajah yang penuh harapan dan aku pun mengiyakan tawarannya. Akhirnya kamipun bekerjasama di tenda dapur dengan penuh canda tawa hingga membuat teman-teman di dalam tenda terbangun dan bangkit dari tidurnya yang lelap. Dengan tampang berantakan dan raut wajah yang masih mengantuk mereka keluar dari tenda dan sepertinya ingin sekali mereka menghardik ku. Tapi mereka sangat terkejut ketika melihat kak Rian sedang memasak bersama ku di tenda dapur, dan mereka terlihat seperti tidak percaya dan berfikir sejenak, lalu Nila memberanikan diri untuk bertanya “Kak Rian sedang apa di tenda dapur kami ?” tanyanya dengan raut wajah yang sedikit tidak percaya. “hanya membantu membuat sarapan untuk kalian pagi ini” jawabnya dengan memperlihatkan senyum tipisnya yang manis. “kalian berdua punya hubungan khusus ?” Tanya Vivi kepada ku. “ng… enggak kok, kita cuma sekedar temen aja” jawabku dengan nada sedikit grogi. “bukan sekedar teman biasa, kami berdua teman dekat dan saya gak rela liat dia capek sendirian. Jadi gak ada salahnya buat saya bantuin dia, mungkin juga bisa membuat kami semakin akrab” jawab Rian dengan tawa kecil yang terlontar dari mulutnya. Jawaban itu membuat mereka semakin menunjukan ekspresi bingung dan heran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada aku dan kak Rian. “berita panggilan ditujukan kepada kak Rian, ditunggu kehadirannya sekarang juga di sumber suara. Sekali lagi berita panggilan ditujukan kepada kak Rian, ditunggu kehadirannya sekarang juga di sumber suara, terimakasih.” Lalu kak Rian beranjak pergi dan melambaikan tangannya ke arahku dengan senyum manisnya. Aku hanya bisa menghela nafas panjang, aku bisa pastikan hari ini suatu kehebohan akan terjadi. Teman-teman pasti tidak akan tinggal diam dan ingin tau apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan kak Rian begitu melihat kelakuan kak Rian tadi.
Masih di hari yang sama aku merasakan ada yang aneh pada diriku, jantungku berdegup kencang dan sepertinya ada benda kecil yang memukul-mukul dada ku. Dang dang … dang dang … Aargh apa ini ? Sakit sekali jika aku terus menerus memikirkan kak Rian. Memangnya siapa dia berani-beraninya selalu melintas dalam pikiranku. Ini semua membuat aku merasakan bĂȘte yang berlebihan. “cepet pake seragam pramuka lengkapnya. Ayo langkah di percepat. Cepet lari ke wantilan, cepeettt !!” gertak Anjani (pemimpin sanggaku).
“Kalian harus membuat surat cinta untuk kakak-kakak Pembina yang ada di depan kalian. Harus dengan lawan jenisnya dan dikumpul setelah makan siang nanti” perintah kak Tia. Apa ?? Kata-kata itu membuat keningku berkerut dan ekspresi kebingungan ku mulai muncul. “aduh, siapa kakak Pembina yang bakal aku kasi surat cinta nanti ? Ngapain sih pake acara surat cinta segala ? Lagian gak mungkin di bales kan ?” gerutuku sambil tertunduk lesu. “kenapa harus bingung kak ?” aku mendengar suara yang tidak asing bagiku. Kak Rian, dia berbicara kepadaku dengan menunjukan tatapan tajamnya itu lagi. “Kakak bisa kasih saya surat itu kok. Santai aja, surat itu gak akan nyebar kemana-mana kok. Hhmm Cuma sekedar saran aja sih, biar gak terlalu pusing-pusing mikirinnya. Kasian tuh mukanya udah merah-merah gitu” kata kak Rian dengan tawa kecil menyertai perkataannya. Aduh wajahku mulai memerah lagi, aku malu dan deg… Jantungku seperti mau copot saat aku berhadapan dengannya. “makasi sarannya kak. Hhmm saya gak teralu bisa buat surat, apalagi surat cinta. Jadi mungkin nanti kata-katanya agak ngawur sedikit gak apa-apa kan ?” kataku dengan nada sedikit grogi. Dia hanya tersenyum lebar dan segera beranjak dari tempatku.
Setelah sekian lamanya berada di wantilan, perutku sudah mulai bernyanyi. Huh, akhirnya aku makan siang juga. Senang sekali rasanya hatiku saat perut ini sudah terisi. Tapi kesenangan ku itu tidak berlangsung lama saat Putri membahas tentang surat cinta. Mataku mendelik dan benda kecil di dalam diriku mulai memukul-mukul dada ku lagi. Tanpa berfikir pnjang aku pun membuat surat cinta tanpa kata-kata yang jelas
Dear : kak Rian
Benda kecil di dalam diriku ini selalu memukul-mukul saat aku sedang bersama kakak. Dang dang… Dang dang… Rasanya sangat aneh. Apa aku sedang jatuh cinta ? Apa aku hanya sekedar mengagumi kakak atau benar-benar menyukai kakak ? Aku masih tidak mngerti dan ini adalah hal yang sangat bodoh jika sampai aku menyukai kakak, karena sangat tidak mungkin jika ini terjadi. Memang kakak kira kakak siapa yang seenaknya saja melintas di dalam pikiranku dan selalu hadir dalam mimpiku ? Maaf, lancang. Tapi gak ada kata-kata lain dan dalam keadaan buru-buru

Your rebel friend
Panda J

       Entah apa yang aku tulis, semoga dia mengerti bahwa surat itu tertulis dalam keadaan terburu-buru. Oh God, help me please … Jangan sampai dia salah tanggapan sama surat ku itu. Duh … Kenapa aku nulis suratnya gak mikir dulu sih ? Kenapa spontan gitu ? Aargh whatever !! Yang penting surat ku udah jadi. Dan gak ngerti kenapa, Cuma aku aja yang dapet balasan surat dari kak Rian
“Kalau kakak lagi bener-bener jatuh cinta sama saya, kita punya rasa yang sama dan saya harap perasaan itu gak sebatas patok tenda”
Teman-teman ku yang membaca surat itu menaruh ekspresi kebingungan. Bukan karena suratku di balas, tapi karena kata-katanya “perasaan itu gak sebatas patok tenda”. “maksudnya kak Rian apa ?” Tanya Vivi kepadaku. “bukannya patok tenda itu kuat ya ?” Tanya Nila. “atau dia gak mau cinta yang kamu rasain sekuat patok tenda ?” Tanya Anjani. “aku juga gak tau, tapi sepertinya aku mengerti dengan maksud kata-kata itu, dia tidak ingin perasaan cinta ini kuat sekuat patok tenda yang tertancap di tanah selama perkemahan ini berlangsung. Bayangin aja kalau perkemahan ini berakhir, pasti patok tenda itu bukanlah apa-apa lagi” aku menjawab dengan menunjukan ekspresi sedikit meyakinkan. “wah … kapan ya Arik ngasi aku surat dengan kata-kata yang singkat tapi penuh makna ?” kata Putri dengan ekspresi wajah penuh harapan. “aaahhh sudahlah, ayo kita ke tenda dan cepat mandi. Apa badan kalian gak lengket tuh dari tadi pagi kena keringat ?” ajak Yuni. “oh iya ya, ayo semua jalan ke tenda, yang curve kayaknya udah bener tuh jalanin tugasnya buat masakin kita. Cium deh aroma masakan yang berasal dari tenda kita ! beuhh aku lapar …” jawab Anjani. “yuk” mereka menjawab dengan kompak sambil melangkahkan kakinya untuk segera beranjak ke tenda.
       Aku hanya terdiam dan masih loading dengan kata-kata kak Rian di surat tadi. Maksud kata-kata “kita punya rasa yang sama” itu apa ? Aah mungkin aku hanya sedang bermimpi.
       Setelah selesai mandi, badan ku terasa sangat dingin. Memang cuaca pada saat itu diluar dugaanku. Kepalaku terasa pusing dan sepertinya aku ingin sekali merebahkan diri di kasur yang empuk. Tapi aku ditugaskan untuk ke wantilan mengikuti acara selanjutnya. Kenapa harus aku ? Oke kali ini aku mencoba mengerti bahwa mereka semua sangat lelah, bahkan nasi yang setengah matangpun habis di lahap oleh mereka. Baiklah, aku akan pergi… Awalnya hanya aku dan Dwipa saja yang mewakili acara pada malam itu, tapi Nila datang dan menyuruhku makan malam. Tapi pada malam itu aku merasa tidak enak badan dan tidak nafsu makan. Dan keadaanku itu membuat aku benar-benar sakit, alergiku kumat dan seluruh badanku mulai membengkak. “kamu sakit ya ? ayo balik ke tenda, kita makan dulu langsung minum obat biar sakitmu gak tambah parah” kata Nila. “aku gak apa-apa kok Nil, cuma alergiku lagi kumat aja. Besok aja sembuh” jawabku. “kamu bener-bener keliatan gak sehat loh, udah gak usah di paksain. Aku aja yang disini sama kak Dwipa, kamu balik ke tenda aja abis itu makan. Inget makan !” kata Nila. “yaudah deh … Aku balik dulu ya” lalu aku beranjak pergi dan segera menuju tenda.
       Setelah sampai di tenda, aku merasa kondisiku semakin buruk. Aku langsung masuk ke tenda dan merebahkan diri di tendaku yang sempit itu tanpa makan trlebih dahulu. Ingin sekali aku memejamkan mataku dan segera bermimpi, tapi badanku semakin gatal dan semakin panas. Akhirnya teman-temanku yang berada di tenda kawatir dengan keadaanku dan segera mengajak ku ke sekertariat agar kondisiku tidak semakin buruk. “ayo ke sekertariat minta obat, kamu kelihatan pucat” kata Anjani, pemimpin sanggaku. Sesampainya aku di sekertariat aku segera merebahkan diri di lantai karena keadaanku sudah sangat buruk. Aku mendapat pertolongan pertama dari kakak-kakak Pembina dengan mengoleskan balsam di seluruh badanku. Lalu akupun diberikan obat minum yang ternyata obat itu adalah obat yang sangat sensitif untuk ku (alergi obat). Sekali saja aku minum obat itu aku bisa over dosis, untung obat itu segera diambil dari tangan ku oleh kak Rian setelah aku ceritakan semua keluhanku itu. Kenapa harus dia dan kenapa dia selalu ada saat situasi dan kondisi ku sedang benar-benar membutuhkan seseorang yang bisa melindungi aku ?
Deg ……
Jantungku seperti mau copot, sakit sekali ……
       “Gimana keadaannya ? Udah baikan ?” Tanya Rian kepadaku. “udah mendingan sih. Untung aja kakak ngambil obat itu tadi, kalau enggak mungkin aja saya udah terbaring lemas diumah sakit sekarang. Makasi ya” jawabku dengan wajah sedikit memerah. “iya, sama-sama. Kakak tidur disini aja dulu sampai keadaannya udah bener-bener fit.” Kata kak Rian sambil mengelus manja kepalaku. Wajahku tambah merah. Aku malu, malu sekali dengan perlakuan kak Rian kepadaku. Entah kenapa aku semakin yakin dengan perasaan ku bahwa dia juga menyukai ku. Eh tapi jangan ge-er dulu deh, biar gak terlalu sakit kalau udah jatuh.
       “Besok hari terakhir, bakalan pisah nih. Besok saya pulang lebih awal dari kalian” kata kak Rian kepadaku. Duh kenapa aku tidak rela untuk berpisah secepat itu dengannya ? “Loh kenapa pulang cepet ?” tanyaku. “iya, ibuk sakit dirumah. Udah lama juga gak pernah pulang, kangen keluarga dirumah. Maklum anak kost” jawabnya. Aku hanya menunjukan ekspresi wajah yang sangat kecewa. Entah kenapa ekspresi itu yang muncul saat aku mendengar kata-kata yang kak Rian ucapkan tadi.
       Apakah kedekatanku dengannya hanya sampai disini ? Aku terdiam dan merenung sejenak. “Inget kan kata-kata saya ? Jangan sampai ini semua hanya sebatas patok tenda. Walaupun perkemahan akan berakhir, saya ingin perasaan ini tidak berakhir. Begitu juga ikatan persaudaraan dengan peserta-peserta lainnya tidak boleh terlepas begitu saja. Selama perkemahan ini berlangsung ikatan persaudaraan kalian sudah melebihi kuatnya patok tenda, tapi setelah perkemahan ini berakhir dan patok tenda itu tercabut kalian bukanlah apa-apa sama halnya seperti sebuah patok tenda. Hubungan apapun tidak boleh sampai sebatas patok tenda, tetaplah menjadi teman yang memiliki ikatan kuat melebihi sebuah patok tenda yang sedang tertancap di tanah. Patok tenda memang kuat, tapi itu hanya sementara.” Kata kak Rian kepadaku dengan senyuman yang manis dan tatapan yang tajam.
       Air mataku menetes begitu saja saat mendengar kata-kata kak Rian dan senyuman manisnya itu. Apa ini terakhir kalinya aku melihat senyumnya dan tatapannya yang tajam itu ? melihat aku menangis dan terlihat begitu kecewa, kak Rian langsung memeluk ku dan mengelus manja kepalaku. Aku merasa begitu tenang saat berada dalam pelukannya dan pelukannya itu membuat aku tertidur pada jam 02.35 dini hari.
       Anjani mencariku di sekertariat untuk membangunkan aku keesokan paginya. Setelah aku membuka mata, aku melihat kakak-kakak Pembina sudah siap untuk kegiatan di hari terakhir, dan aku melihat kak Rian yang sedang sibuk mempersiapkan kameranya untuk mengambil moment-moment karnaval siang nanti. Wah … pasti kak Rian pulang setelah karnaval berakhir, senang sekali hatiku. Aku bergegas mandi dan mempersiapkan diri untuk karnaval nanti. Aku benar-benar mempersiapkan diri agar aku terlihat cantik di pertemuan terakhirku dengan kak Rian.
       Sebelum kak Rian meninggalkan bumi perkemahan, dia menemui ku dan langsung memeluk erat tubuhku sambil mengelus manja kepala ku. Mungkin itu perpisahan yang terindah untuk ku, dan mungkin itu adalah pelukan terakhirnya untukku. Karena berawal dari perkemahan ini rasa itu hadir dihatiku. Aku tidak akan pernah melupakan cinta lokasi yang bersemi di bumi perkemahan, karena pertemuan singkat ini tidak hanya sebatas patok tenda, dalam pertemuanku dengan kak Rian maupun dalam ikatan persaudaraan yang telah terjalin selama perkemahan itu berlangsung.

1 comments:

http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/09/taipanqq-beberapa-buah-yang-ampuh-atasi.html
http://updatetaipanbiru.blogspot.com/2018/09/taipanqq-5-hal-buruk-yang-terjadi-pada.html


Taipanbiru
TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
BandarQ
AduQ
Capsasusun
Domino99
Poker
BandarPoker
Sakong
Bandar66

Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : E314EED5

Daftar taipanqq

Taipanqq

taipanqq.com

Agen BandarQ

Kartu Online

Taipan1945

Judi Online

AgenSakong

Reply

Post a Comment