Cerpen: Aku dan Pramuka


Oleh: A’isyah Humairah

Nama ku Aisyah Humairah, tetapi biasa dipanggil Icye. Aku adalah seorang Pramuka. Aku mulai mengikuti pramuka dari kelas 1 SMP. Awalnya memang hanya ikut-ikutan saja untuk ikut pramuka, tetapi lama kelamaan aku menjadi cinta dengan pramuka. Jujur saja, awalnya aku adalah anak yang manja dan pemalu, tetapi setelah aku ikut pramuka aku menjadi mandiri dan pemberani.
            Pertama kali aku ikut pramuka dan pertama kali itu juga aku menjadi pinru. Sewaktu itu aku masih sangat baru menikuti pramuka, belu genap satu bulan menjadi anggota pramuka di sekolahku tetapi aku sudah diutus untuk mengikuti perlombaan pramuka dan menjadi pinru. Awalnya aku tidak yakin aku bisa menjadi pinru, karna dulu aku sangat pemalu sekali, untuk berbicara di depan kelas saja aku tidak berani, bagaimana menjadi seorang pemimpin regu.
Tetapi kakak pelatih dan teman-temanku meyakinkan ku bahwa aku pasti bisa untuk menjadi pinru. Akhirnya akupun menjadi optimis dan sedikit manjadi percaya diri.
            Semenjak dari itu aku terus dipercaya untuk menjadi pinru, sampai-sampai aku menjadi pinru pasukan regu inti di gudep sekolahku. Aku pun bertekad untuk menjadikan regu ku menjadi regu yang terbaik diantara yang terbaik. Awal pertama aku lomba dengan membawa nama regu inti sekolahku, regu ku berhasil membawa pulang piala ke sekolahku. Walau pun hanya mendapat juara harapan saja tetapi itu merupakan awal yang baik kata pelati dan Pembina ku.
            Setelah keberhasilan itu, aku dan regu ku pun tak lantas puas dengan begitu saja, kami terus berusaha dengan sepenuh hati untuk menjadi yang lebih baik lagi. Setelah mengikuti lomba itu, aku banyak belajar untuk memperbaiki kekurangan ku.
            Waktu pun terus berjalan. Seiring dengan itu solideritas dan kebersamaan di regu ku pun semakin kuat. Sampai pada saat salah satu anggota ku tidak lagi mendapat izin untuk pramuka oleh orang tuanya. Sungguh itu merupakan salah satu tantangan bagi regu kami. Akhirnya aku beserta temen-temanku yang lainnya membantu teman ku tersebut untuk kembali mendapatkan izin dari orangtuanya. Kami terus berusaha agar temanku itu bisa kembali pramuka seperti dulu lagi. Berbagai cara telah kami lakukan untuknya, tetapi tetap saja tidak berhasil juga. Dan pada akhirnya temanku itu memutuskan untuk menuruti orangtuanya saja. Ya baiklah kataku.
            Setelah beberapa minggu dan beberapa kali event aku kekurangan anggota, akhirnya akupun menemukan penggantinya. Ya memang dia belum bisa apa-apa. Tetapi aku dan teman-temanku yang lainnya membantu untuk mengajarinya segala macam materi yang ada di pramuka, dan tak sampai sebulan ia mampu menguasai setengan dari semua materi yang aku berikan.
            Pada saatnya pelatih ku memberi kabar bahwa regu ku akan diturunkan untuk mengikuti sebuah perlombaan yang tidak main-main. Selain lawannya yang kami tidak ketahui, daerah lombanya pun lumayan jauh, di daerang tangerang katanya. Sontak itu tidak membuat gentar semangat regu ku untuk mengikuti lomba tersebut, justru itu membuat reguku menjadi sangat semangat dan tertantang untuk mengikuti lomba tersebut.
Setiap hari setelah pulang sekolah kami berlatih agar dapat benar-benar menguasai semua materi yang akan di perlombakan nanti.
            Tiba saatnya perlombaan itu dilaksanakan. Aku dan reguku telah bertekad yakin untuk mendapatkan hasil yang terbaik, agar semua usaha yang telah kami lakukan tidak sia-sia.
Dan pada saatnya pengumuman hasil perlombaan. Amat sangat tidak disangka, reguku mendapat banyak piala dari juara umum materi per pos dan Juara ke-2, mengalahkan kurang lebih 50 regu yang mengikuti lomba tersebut. Itu merupakan prestasi terbaik yang pernah reguku dapat selama ini.
            Waktu kembali berlalu, masalah demi masalah, tantangan demi tantangan, terus menerus menghampiriku dan reguku. Semakin lama aku merasa peminat untuk pramuka semakin sedikit sekali, sedih rasanya. Entah apa tanggapan mereka tentang pramuka sehingga mungkin menganggap pramuka itu membosankan, padahal sebenarnya tidak seperti yang mereka pikirkan.
            Pelatihku kembali memberi kabar kepadaku jika akan ada lomba besar yang diadakan di salah satu SMP ternama di Jakarta Selatan. Dulunya sekolah ku sempat berhubungan baik dalam hal kepramukaan dengan sekolah tersebut, tetapi karna ada salah paham jadi hubungan menjadi tidak lagi baik.
Bagi ku itu merupakan salah satu event yang sangat ku nantikan, disitulah aku akan menuji seberapa besar kelayakanku menjadi seorang pinru selama ini. Aku pun memberi tau seluruh anggotaku tentang hal itu, dan tanggapan mereka pun sama seperti ku.
Mulai dari hari itu aku dan reguku berlatih keras untuk menjadi yang terbaik diantara semua yang terbaik. Setiap hari kami sempatkan untuk berlatih.
            Seminggu sebelum event itu dilaksanakan, pelatihku memerintahkan ku untuk mencari anggota regu putra untuk mengikuti event tersebut. Ya dengan segala kemampuan ku dan regu ku membujuk rayu anak-anak pramuka umum untuk menjadi pasukan inti yang akan turun di lomba tersebut, akhirnya berhasil juga.
            Seperti biasnya, sehari sebelum lomba dilaksanakan, diadakan gladi terlebih dahulu agar meyakinkan dan memantapkan materi-materi yang telah dipelajari. Pada saat itu aku mendapat nilai tertinggi hamper di semua materi terkecuali semaphore dan sandi, karna aku tidak begitu menguasai materi tersebut. Dan setelah selesai gladi akupun pulang kerumah untuk menyiapkan perlengkapan untuk esok.
Tak sampai esok pagi, malam harinya sebelum lomba tersebut dilaksanakan, tiba-tiba ada kabar yang samapi ke orang tuaku jika pada saat aku pramuka tadi siang aku dipukul oleh pelatihku. Seketika aku pun kaget dan menampik hal itu bahwa yang dikatakan oleh orang itu tidaklah benar. Tetapi orang tuaku lebih mempercayai orang itu dari pada aku, ya apa daya aku telah mencegah orang tuaku untuk mengadu kepada pelatihku tetapi tetap saja tidak berhasil. Dan pada saat itu juga orang tuaku melarangku untuk mengikuti pramuka lagi, dan hancurlah harapanku yang telah lama aku idam-idamkan untuk esok hari. Di malam itu aku hanya bisa merenung dan menangis, mengapa ada orang yang tega untuk menghancurkan cita-cita ku itu.
Semenjak kejadian tersebut orangtuaku benar-benar melarangku untuk pramuka, sedih rasanya hatiku saat aku tidak boleh pramuka lagi. Tapi karna kecintaanku terhadap pramuka, aku tetap mengikuti pramuka tanpa sepengetahuan orangtuaku. Sampai saat ini pun aku telah lulus dari SMP aku tetap mengikuti pramuka secara Backstreet dari orangtua ku.

3 comments

Apa unsur pembangun dalam cerpen tersebut?

Reply

Post a Comment