Cerpen: Di Pramuka Aku Belajar


Oleh: Nadiya Irmasakti Fadilla (@nadiyaif )

Acara Sertijab telah selesai. Alhamdulillah. Mulai hari ini, aku punya tanggung jawab lebih. Teman-teman mempercayaiku sebagai Pratama. Aku tidak boleh mengecewakan teman-teman dan kakak-kakak seniorku. Suasana saat itu sangat mengharukan. Aku tidak mau kebersamaan ini harus berakhir. Sejujurnya, aku belum siap ditinggal kakak seniorku. Tapi inilah hidup, kita harus bisa menjemput bola, jangan hanya menunggu bola. GANBATE!!
                Saat aku menuju ruangan, Pelatih memanggilku. “Nad. Sini! Ajak Khansa juga.” Kemudian aku menghampiri Pelatih dengan Khansa, sahabat seperjuanganku. Beliau langsung membuka pembicaraan. “Gini. Kalau kakak lihat, kamu, Khansa, sama Aul udah cocok jadi Garuda. Ini ada persyaratannya, silahkan baca-baca dan persiapkan. Mulai dari hari ini, kalian mesti nabung di celengan yang kalian buat sendiri. Kasih tahu Aul juga ya.” Aku dan Khansa kebingungan. Setelah itu kami membicarakannya pada Aul -jangan sangka kalau dia perempuan, ya-. Aul adalah Pratama Putra. Kemudian kami berpikir,  apa benar yang diucapkan kakak Pelatih tadi?
                Juli 2012. Undangan dari Kwaran sudah turun. Kemudian kami mempersiapkan diri. Saat kami hendak berangkat ke Kwaran, kami bertemu Kak Mail, seorang senior. Dia berkata, “Adeuy mau Garuda. Kenapa Cuma bertiga? Ajak lagi atuh yang lainnya.” Kemudian kami mengajak Rizky yang biasa dipanggil AF. Sehingga utusan dari pangkalan kami menjadi 4 orang; Aku, Khansa, Aul, AF.
                Dalam waktu kurang lebih satu minggu, kami menjalankan ujian menjadi Pramuka Garuda. Senangnya, ada senior kami yang ikut juga, yaitu Kak Imam dan Kak Ramdani. Kesenian, olahraga, membuat hasta karya, bakti sosial, dan syarat yang lainnya kami laksanakan bersama. Rasa lelah tidak membuat kami menyerah.  Sungguh, saat itu rasa kebersamaan sangat terasa!
                Alhamdulillah. Ujian Pramuka Garuda di Kwaran sudah selesai. Dan kami dinyatakan LULUS! Tinggal satu langkah lagi. Ujian Pramuka Garuda di tingkat Kwarcab. Ada kabar kuota untuk Penggalang ada 54. 54! Itu angka yang tidak sedikit. Kabar itu membuat kami merasa down. Tapi dengan semangat yang tinggi, kabar tersebut tidak membuat kami mundur. Kami akan melanjutkan tekad kami!
                Ujian Pramuka Garuda tingkat Kwarcab dimulai. Kebanyakan ternyata hanya menguji mental. Seperti yang Kak Agus bilang, “Pramuka Garuda itu 70% dari Kwaran, 30% dari Kwarcab.” Baiklah, kami akan lakukan apapun. Tahap demi tahap kami lewati. Tantangan bersama kami lalui. Datang pagi, pulang malam. Haus dahaga -karena saat itu sedang bulan Ramadhan- tidak menjadi pemadam semangat kami.
                Dua hari sebelum tanggal 14 Agustus. Berarti tanggal 12 Agustus. Betul! Hari itu adalah hari dimana kami diuji skill (kemampuan) tentang tekpram. Pagi hari di pangkalan, kami berkumpul. Aul membuka pembicaraan, “Katanya sekarang teh ditest tentang tekpram, peralatanya bawa masing-masing dari pangkalan.” Khansa menjawab, “Kata siapa, Ul?”. Jawab Aul, “Malem ada yang ngsms.” Kemudian AF mulai membuka mulut, “Itu teh bebas mau tekpram apa aja?” “Enggak, udah ditentuin dari sananya.” Jawab Aul lagi. Kemudian aku berbicara, “Terus, kita kebagian apa?” “Nggak tahu, smsnya nggak dibales lagi.” sahut Aul dengan wajah bingung.
                Suasana hening. Kami bingung, kami harus membawa peralatan apa. Kemudian Aul berpendapat, “Udahlah, bawa tongkat aja. Barangkali kita kebagian Morse.” Khansa menjawab, “Yakin, tuh? Feeling aku mah mending bawa P3K aja.” Aku setuju dengan Khansa. Tapi Aul menjawab “P3K mah ribet bawaannya.” Sebenarnya perdebatan ini cukup panjang, tapi tidak terlalu penting. Akhirnya, kami yang mengalah dan mengikuti pendapat Aul dan pergi dengan membawa tongkat.
                Setelah sampai di Kwarcab, coba tebak apa yang terjadi. Kami mendapat P3K. Kalau kata anak twitter, nyesek! Kami pun menjalankan ujian dengan barang seadanya. Memang, komunikasi sangat diperlukan karena kalau tidak kita akan sesat. Belajarlah dari pengalaman, kawan.
                Keesokan harinya, -hari terakhit ujian di tingkat Kwarcab- kami hanya latihan PBBAB. Sampai sore, sehingga kami merelakan berbuka puasa di sana. Setelah shalat magrib, semua berkumpul. Pengumuman siapa yang lulus. Sangat sedih. Sedih karena kami tidak mengajak teman lebih banyak lagi untuk ikut bersama Ujian Garuda. Kami LULUS! Alhamdulillah! Dan hari esok, tepat pada Hari Ulang Tahun Pramuka, medali Garuda disematkan oleh Kak Kwarcab.
                Barisan sudah rapi. Lapangan utama Kwarcab penuh dengan warna coklat. Upacara pun dimulai. Betapa bangga rasanya saat penyematan. Berkat perjuangan, perngorbanan, doa, dan dukungan dari teman-teman, orang tua, serta pihak sekolah, cita-cita kami bisa tercapai. Kami sangat bersyukur.
                Setelah selesai upacara, diadakan buka puasa bersama. Aku, Khansa, Aul, dan AF dianjurkan untuk bergabung bersama rekan Pramuka Garuda yang lain di dalam aula. Tapi kami bandel. Kami lebih memilih bersama teman pangkalan di luar, karena berkat dukungan mereka kami bisa seperti saat ini. Suasana sangat menyenangkan. Canda dan tawa menghiasi kebersamaan kami.
                Kami belajar banyak hal dari sepenggal pengalaman pendek tersebut. Pertama, kebersamaan itu sangat berarti. Apalagi jika kita sudah harus dipisahkan. Oleh karena itu kita harus bisa menghargai apa yang sudah kita miliki. Kita juga harus terus berkomunikasi, apalagi dalam suatu organisasi. Apalah arti sebuah organisasi tanpa komunikasi. Mungkin hanya sekumpulan orang bisu. Adapun, jangan lupakan orang yang dulu membuatmu sukses. Kita harus berterima kasih pada mereka, bukan meninggalkan mereka. Sebagai sesama anggota Pramuka, saling menghargai itu sangat penting. Percuma kalau kita ingin dihargai orang lain jika kita tidak bisa menghargai orang lain dengan baik.
                Perjuangan kami tak cukup sampai disini. Perjalanan kami masih panjang. Kami ingin adik-adik kami bisa mengikuti perjuangan kami, bahkan bisa lebih. “Belajar dari pengalaman sendiri itu memang baik, tapi belajar dari pengalaman orang lain itu lebih baik. Ingat, adik. Pramuka mengajarkan apa yang tidak kita pelajari di sekolah. Mungkin sehari-hari kita sering belajar tentang hardskill, tapi hanya di Pramuka kita belajar softskill. Tingkatkan kebersamaanmu, karena kebersamaan adalah kekuatan!” begitulah kami menyemangati adik-adik kami.

*TAMAT*

Post a Comment