Oleh: Waldina Salsabila Fijri (@wowdinasf)
“Waaaah,”
Begitulah kata yang keluar setelah
penggalang pangkalan SMP Wira Bakti melihat pemandangan yang sangat indah di
tempat yang akan mereka akan kemahi. Mereka akan melakukan persami untuk
meningkatkan kekompakan, atau lebih disebut kesolidaritasannya. Mereka persami
di puncak, hutan yang sangat alami, hingga tidak ada yang tahu apa nama hutan
itu.
“Ayo siap-siap bangun tenda,” kata Andi
, sang pratama laki-laki yang sangat berwibawa.
“Okedeh,” jawab yang lain sambil
tersenyum, lalu dilanjutkan dengan membangun tenda mereka.
Bagi mereka, kesolidaritasan dan
kerjasama adalah hal yang mutlak pada diri pramuka sejati. Mereka sangat ingin
mencerminkan pramuka sejati. Tak peduli, apapun halangan dan rintangan, mereka
harus menghadapinya bersama.
“Hei regu masak! Cepat masak makanan
untuk kami, kami kelaparan!” suruh Doni, penggalang yang agak nakal.
“Doni, kamu nggak boleh begitu. Mereka
kan juga capek, baru saja selesai ikut membangun tenda,” jawab Andi.
“Ngapain sih ikut-ikut, An. Aku tuh
nyuruh mereka, bukan kamu!” jawab Doni dengan ketus.
“Udah-udah. Kalo gitu aku bikin makanan
aja, daripada kalian berantem melulu. Yuk temen-temen,” ujar Dinda, ketua regu
masak.
***
“Alhamdulillah kenyang,”
Rina, sang pratama perempuan, tiba-tiba bicara.
“Iya, masakannya enak
juga,” setuju Diva.
“Yaudah, karena ini udah mau malem,
Rendra, Doni, Farhan mau nggak mau harus ronda ya,” Andi mengatur.
“Okedeeh,” jawab Rendra dan
Farhan.
“Hei, Doni! Kamu dengar
tidak?”
“Emang apa?”
“Budek dasar!” teriak
semua.
***
Suara jangkrik dan binatang
malam sesekali terdengar oleh Rendra, Farhan, dan Doni. Mereka bertugas ronda
untuk malam itu, dan yang lainnya istirahat.
“Ren, aku mau ke MCK dulu ya?”
“Okedeh, Han.
Ngomong-ngomong si Doni kemana?”
“Mungkin ke MCK juga, udah dulu ya aku
kebelet nih,” Farhan langsung lari ke MCK.
“WAAAA!!”
“DONI! DONI! Kamu dimana?!”
“AAA! Tadi ada bunyi
gergaji deketin aku! Aku takuut!”
“Ada apa ini?” Andi yang
sudah terbangun pun ikutan.
“Itu An, katanya si Doni denger bunyi
gergaji!”
“Hah? Gergaji?”
“IYA, AN! GERGAJI MESIN! DI
HUTAN INI ADA ORANG!!”
“IYALAH! KITA INI ORANG!”
teriak Andi.
“Bukan kita maksudnya!
ORANG LAIN!”
“Jam berapa ini?”
“Aku takut kamu kok malah nanyain jam sih, An!”
“Jam 4 pagi, An,”
“Ooh, aku tau itu siapa,” Andi mengeluarkan senyum kepuasan.
***
“He-hei! Kalian mau pada ngapain?” tanya Andi kebingungan.
“Kamu kan tau pelakunya, kita juga tau dong! Ya kan temen-temen?” jawab Rina
yang sedang mempersiapkan perangkap untuk sang penjahat.
“Iya dong!” tertera senyum sumringah semua anak pramuka yang berada di situ
yang mulai memasang perangkap,”
“Jika sang penjahat muncul disini, maka aku yakin pohon selanjutnya disini,”
tolong kerjasamanya ya teman-teman,” jelas Andi sambil berbisik kepada anak
buahnya.
“Oke!”
“Semua siap?”
“Iya!”
Benar saja, sang penjahat yang datang tertangkap basah akan melakukan
penebangan pohon.
“Kena kau!” teriak semua anak dengan senyuman lebar.
“A-apa ini?” teriak sang penjahat.
“Maaf, Pak. Anda tertangkap basah melakukan penebangan pohon,” jelas Andi.
“Baiklah, aku menyerah,” jawab si penjahat.
“Rina, panggil polisi secepatnya,”
“Siap!”
***
“Hei! Bagaimana kalau kita namakan hutan ini ‘Hutan Pramuka’?” ide Dinda.
“Ide bagus! Ayo kita minta izin kepada ketua RT!” setuju Diva.
“Ayo!” setuju semua pandu yang ada disitu.
Akhirnya mereka menceritakan semuanya ke Pak Ketua RT dan Ia pun menyetujui
nama yang para pandu berikan.
Post a Comment